Chairil Anwar
Chairil Anwar merupakan penyair yang dilahirkan di Medan pada 26 Julai 1922. Beliau juga terkenal melalui puisinya "AKU". Chairil adalah penyair Indonesia yang berdarah Minangkabau. Beliau telah menulis sebanyak 96 karya termasuk 70 puisi. Chairil telah meninggal dunia pada 28 April 1948 ketika usianya baru menjangkau 26 tahun. Antara puisi Chairil Anwar :
KARAWANG BEKASI
Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi
Soe Hok Gie
Soe Hok Gie merupakan seorang aktivis Indonesia yang berketurunan Tionghoa. Beliau dilahirkan pada 17 Disember 1942 di Jakarta. Beliau terkenal kerana karyanya yang mengkritik pemerintahan orde lama dan orde baru. Hok Gie meninggal pada 16 Disember 1969 ketika berusia 26 tahun di Gunung Semeru. Antara karya Soe Hok Gie:
Pesan
Hari aku lihat kembali
Wajah-wajah halus yang keras
Yang berbicara tentang kemerdekaan
Dan demokrasi
Dan bercita-cita
Menggulingkan tiran
Aku mengenali mereka
Yang tanpa tentara
Mau berperang melawan diktaktor
Dan yang tanpa uang
Mau memberantas korupsi
Kawan-kawan
Kuberikan padamu cintaku
Dan maukah kau berjabat tangan
Selalu dalam hidup ini?
Widji Thukul
Widji Thukul atau nama sebenarnya Widji Widodo lahir pada 26 Ogos 1963. Beliau telah menulis puisi sejak zaman persekolahan dan mula giat dalam bidang teater kemudiannya. Beliau adalah sasterawan yang dan aktivis hak asasi manusia dan beliau juga merupakan tokoh yang menentang penindasan Orde baru. Namun, sejak 1998 dan sehingga kini beliau tidak dapat ditemui dan dikatakan juga bahawa beliau telah diculik. Antara karya Widji Thukul:
Puisi untuk adik
apakah nasib kita akan terus seperti
sepeda rongsokan karatan itu?
o… tidak, dik!
kita akan terus melawan
waktu yang bijak bestari
kan sudah mengajari kita
bagaimana menghadapi derita
kitalah yang akan memberi senyum
kepada masa depan
jangan menyerahkan diri kepada ketakutan
kita akan terus bergulat
apakah nasib kita akan terus seperti
sepeda rongsokan karatan itu?
o… tidak, dik!
kita harus membaca lagi
agar bisa menuliskan isi kepala
dan memahami dunia
Ketiga-tiga tokoh diatas merupakan penulis yang berani dalam mempertahankan hak asasi manusia, melawan pemerintahan yang tidak adil, mengkritik pemerintah dan sebagainya. Dapat kita lihat disini bahawa karya-karya yang mereka hasilkan merupakan daripada pemerhatian, pengalaman dan semangat mereka terhadap saudara dan tanah air mereka sendiri. Karya yang dihasilkan membuatkan pihak yang tertentu merasakan mereka terancam dan menyebabkan mereka jatuh. Oleh itu, tokoh seperti mereka bertiga ini sering diambil tindakan, dianiaya dan dipandang serong oleh kerajaan pada waktu itu. Namun, apa yang mengecewakan tokoh-tokoh hebat dan mempunyai idea yang tajam ini tidak diizinkan Tuhan untuk berkarya walhal yang mereka yang sudah ada juga sudah cukup besar dan hebat. Apatah lagi sekiranya umur mereka panjang, sudah pasti karya-karya yang mereka hasilkan mampu mengubah negara mereka sendiri.
Penulis-penulis muda yang ada pada masa kini seharusnya mencontohi penulis-penulis muda di luar negara ini . Walaupun umur mereka masih muda mereka mampu menghasilkan karya yang mempunyai jiwa tersendiri. Minat membaca dan menulis juga perlu dipupuk lebih awal agar dapat menghasilkan karya-karya yang hebat setanding dengan tokoh-tokoh. Ini kerana setiap karya hendaklah mempunya isi dan sampai maksud serta mesejnya kepada si pembaca.
Sekian.
Sekian.
No comments:
Post a Comment